Chitosan merupakan turunan chitin. Chitin bisa diperoleh dengan mudah dari cangkang udang atau kepiting. Mengingat potensi negara maritim Indonesia, maka chitin/chitosan perlu dimanfaatkan agar memiliki nilai jual tinggi, salah satunya adalah untuk bahan kosmetik. Chitosan yang mengalami asilasi mengandung gugus N-acyl. Turunan chitosan tersebut dinamakan N-acylchitosan. Turunan chitosan tersebut cocok sekali dipakai sebagai bahan pengemulsi minyak dalam air dan mempunyai keunggulan yaitu tahan terhadap panas. Chitosan dapat berfungsi sebagai pelembab, membentuk film pelindung yang jernih, membentuk lapisan pada kulit dan bersifat non alergenik. Selain cream kosmetik, chitosan cocok untuk bahan diet, mempercepat penyembuhan luka bakar, pengobatan dermatitis, pengobatan infeksi fungal dan sebagai bahan dalam pembuatan kontak lens yang lunak dan bersih. Chitosan merupakan polimer mukopolisakarida termasuk dalam komponen larut air pada kulit yang mempunyai kemampuan mengikat air, sehingga dapat dipakai sebagai bahan emolien cream dan lotion. Chitosan mempunyai kemampuan menahan air, membuat lapisan film yang jernih, bersifat non alergenik dan tidak beracun, dengan demikian chitosan merupakan bahan yang dapat dipakai dalam pembuatan emolien cream.

Ekstrak etanolik kacang panjang (Vigna sinensis (L) Savi ex Hassk) meningkatkan proliferasi sel epitel payudara dan perkembangan kelenjar payudara melalui peningkatan ekspresi reseptor estrogen

ABSTRAK

Perawatan payudara merupakan bagian penting dalam kehidupan wanita sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga keindahannya antara lain dengan pemanfaatan bahan alam. Kacang panjang adalah bahan alam yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk merawat payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanolik buah kacang panjang (EKP) terhadap proliferasi sel epitel payudara secara in vitro dan in vivo. Pengaruh EKP secara in vitro dilakukan terhadap sel MCF-7 menggunakan metode MTT dan pengamatan morfologi sel. Percobaan in vivo dilakukan terhadap tikus betina galur Sprague Dawley (SD) yang dibagi menjadi 3 kelompok yakni kelompok base line,
oleoresin dan total fenol ekstrak jahe
Kadar oleoresin dan total fenol oleoresin rimpang jahe yang diekstrak dengan dua jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 2. Data pada tabel tersebut memperlihatkan kemampuan masing-masing pelarut dalam mengekstrak oleoresin yaitu pelarut metanol sebesar 6.38% dan pelarut etanol sebesar 4.10%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelarut (metanol dan etanol) tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar oleoresin ekstrak jahe.

Tabel 2. Kadar oleoresin dan total fenol ekstrak jahe kering dengan dua jenis pelarut

Jenis pelarut
Metanol Etanol
Kadar oleoresin (%) 6.38 a 4.10 a
Kadar fenol (mg/ml) 647.22 p 522.22 q
Keterangan : nilai yang diikuti oleh superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05)


Jenis pelarut berpengaruh nyata (p<0.05) class="Apple-tab-span" style="white-space:pre">

ABSTRAK


Banyak penelitian yang telah melaporkan bahwa kondisi stres dapat menurunkan kadar superoksida dismutase (SOD) jaringan tubuh. SOD merupakan enzim antioksidan alami yang terdapat di dalam tubuh.untuk menangkal serangan radikal bebas, penyebab penuaan dini dan timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi oleoresin jahe dalam mempertahankan kadar SOD pada kondisi stres. Sebagai model, digunakan 25 ekor tikus jantan dewasa galur Wistar, yang dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, yaitu: (1) Kelompok kontrol, tanpa perlakuan stres maupun oleoresin jahe, (2) kelompok stres, tanpa perlakuan oleoresin jahe, (3) Kelompok perlakuan oleoresin jahe yang dilanjutkan dengan perlakuan stres, (4) Kelompok stres dengan perlakuan oleoresin jahe, dan (5) Kelompok perlakuan oleoresin jahe yang dilanjutkan dengan perlakuan stres dan pemberian oleoresin kembali. Pemberian oleoresin dilakukan dengan dosis 60 mg/Kg BB/hari selama tujuh hari. Kondisi stres dilakukan dengan cara puasa selama lima hari dan berenang selama lima menit per hari. Semua kelompok diberi air minum secara ad libitum.
SARI DAUN RANDU (Ceiba pentandra, Gaertn.)
SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT
ACTIVITY OF “CAPOK-TREE” LEAF (Ceiba pentandra, Gaertn.) EXTRACT
AS HAIR TONIC

Marchaban, C.J. Soegihardjo, dan F.E. Kumarawati
Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sari segar daun randu (Ceiba pentandra, Gaertn.) sebagai bahan penumbuh rambut. Pemeriksaan terhadap kandungan tumbuhan dilakukan dengan metoda Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Aktivitas sebagai penumbuh rambut dilakukan terhadap rambut kelinci. Penelitian dilakukan dengan cara membuat sari segar daun randu baik yang muda maupun yang tua dalam air dengan konsentrasi 2, 3,5, dan 5% kemudian diperiksa kandungan, kemampuan membusa dan kemampuannya sebagai penumbuh rambut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa daun randu mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, dan fenol. Ada pengaruh umur daun dan konsentrasi larutan terhadap kemampuan membusa. Sari daun randu dapat mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara sari daun muda dan daun tua dalam mempercepat pertumbuhan rambut.
Kata kunci: Randu, Ceiba pentandra, penumbuh rambut


Abstract
Study of the “capok-tree” leaf (Ceiba pentandra, Gaertn.) fresh extract activity as hair tonic has been performed. The “capok-tree” leaf content has been analyzed using Thin Layer Chromatography (TLC) method. Its activity as hair tonic has been done by using rabbits as probandus. The “capok-tree” leaf extract was prepared by extracting the young leaf and the elder leaf in the water in different concentrations as 2, 3.5, and 5%.

eXTReMe Tracker
eXTReMe Tracker