Tempointeraktif.Com - Letusan Gunung Anak Krakatau Tidak Berbahaya
Monday, November 1, 2010
Letusan Gunung Anak Krakatau Tidak Berbahaya Sabtu, 30 Oktober 2010 | 19:26 WIBBesar Kecil Normalfoto Gunung Anak Krakatau mengeluarkan benda material panas saat letusan pada 30 Oktober 2007 lalu. Dok.TEMPO/Arie BasukiTEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral R. Sukhyar menilai aktivitas Gunung Anak Krakatau terhitung biasa dan tidak berbahaya. “Tidak akan terjadi tsunami akibat aktivitas Anak Krakatau,” katanya kepada wartawan di kantornya, Sabtu (30/10).Menurut Sukhyar, Gunung Anak Krakatau yang tumbuh kembali sejak Gunung Krakatau meletus hebat pada 1883 tersebut saat ini diibaratkan seperti bayi . Pertumbuhannya sejak 2007 diakui cukup pesat, salah satunya ditandai oleh aktivitas gunung yang melontarkan batuan dan debu vulkanik.Sejak 73 tahun silam, pertumbuhan Anak Krakatau kini mencapai 400 meter dari permukaan laut. “Frekuensi letusannya sering, tapi kecil. Erupsi besar biasanya terjadi pada gunung yang berusia ribuan tahun,” katanya.Walau di sekitar gunung tersebut tidak ada penduduk, namun Badan Geologi melarang siapa pun mendekati atau mendarat di sana. “Untuk jalur pelayaran dan penerbangan masih aman,” katanya. Kondisi seperti Gunung Anak Krakatau sekarang ini juga terjadi di Gunung Batur, Bali, dan Anak Gunung Rinjani, Segara Anakan.Sukhyar juga memastikan, tidak ada hubungan kenaikan aktivitas gunung-gunung lain dengan letusan Gunung Merapi sekarang ini karena kantong-kantong magma setiap gunung terbentuk mandiri. “Juga tidak ada hubungan gempa Mentawai dengan letusan Merapi,” ujarnya.Saat ini dari 68 gunung aktif atau di atas normal di Indonesia, ada 19 gunung yang berstatus waspada, 2 gunung siaga, dan 1 yaitu Gunung Merapi dalam status awas. Kedua gunung berstatus siaga itu menurut Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Api Agus Budianto, adalah Gunung Ibu di Halmahera, dan Gunung Karangetang, Sulawesi Utara.Adapun yang berstatus waspada diantaranyaGunung Seulawah Agam (Aceh), Sinabung (Sumatera Utara), Talang (Sumatera Barat), Kerinci (Jambi), Papandayan (Jawa Barat), Slamet (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), Batur (Bali), Rinjani (Nusa Tenggara Barat), dan Gamalama (Maluku Utara).Walau begitu, masyarakat dan petugas pengelola wisata atau penjaga gunung juga harus mewaspadai gunung-gunung yang tidak aktif, terutama di kawasan kawahnya karena semburan gasnya bisa melebihi batas dam mematikan orang. “Jangan sampai kejadian di Gunung Salak, Bogor, pada 2007 terulang,” ujarnya